/Sikap Sebelum dan Sesudah Menjadi Penguasa - KAMMI'ERS TELKOM / Sikap Sebelum dan Sesudah Menjadi Penguasa

hasan al-bana

Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Sepertinya keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda. Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya. ( Hasan Al-Banna )

Jadwal Shalat Wilayah Bandung

My Shoutbox


ShoutMix chat widget

buletin kammi edsisi ke 2

buletin kammi edsisi ke 2
aktivis vs akademisi

buletin kammi edisi ke 3

buletin kammi edisi ke 3
“Tahun Baru Hijriah Sebagai Momentum Perubahan”

page rank

dm1

dm1

Mediaindonesia.com

Jumat, 01 Januari 2010

Sikap Sebelum dan Sesudah Menjadi Penguasa


“Aku hanyalah orang biasa seperti halnya kamu sekalian. Hanya saja aku memikul beban yang lebih besar”.
Penghasilannya sebelum dan sampai hari, di mana ia diangkat menjadi penguasa, mencapai 40.000 dinar. Semua itu merupakan pemasukan dari fasilitas yang diperolehnya sebagai seorang keturunan penguasa, yang berasal dari tanah-tanah yang dimilikinya dan peninggalan orangtuanya, yang juga seorang penguasa, yang melimpah ruah.
Justru, sesudah ia menjadi seorang penguasa dan mengenggam kekuasaan, terbukalah matanya terhadap kenyataan yang terpampang dengan sangat jelas dihadapannya, bahwa semua kekayaan yang dimiliki oleh para penguasa sebelumnya, bukan kekayaan yang diperoleh dengan cucuran keringat. Semua kekayaan yang didapatinya dan bertumpuk-tumpuk dalam keluarganya, semata-mata karena adanya hak-hak istemewa.
Dan, semua itu hakikatnya, tak lain adalah milik rakyat, yang dirampas secara sewenang-wenang. Dengan cara itulah para pendahulunya mendapatkan harta yang melimpah, bukan dari cucuran keringat. Sementara itu, rakyatnya dizalimi, dan tidak mendapatkan hak-haknya.
Maka, ketika ia mengambil alih tampuk kekuasaan, dimulailah dari dirinya sendiri, dan dipindahkannya semua hak milik dan kekayaannya ke Baitul Mal. Bahkan, salah satu kekayaan yang menjadi miliknya, dan dianggap paling berharga berupa kebun, diserahkan pula kepada Baitul Mal. Padahal, kekayaan itu bukan dari siapa-siapa, melainkan warisan dari yang diterima dari pendahulunya, yang pernah menjadi penguasa, yang sangat luas pengaruhnya.
“Dari mana ayahanda memperoleh kekayaan itu”, tanya anaknya yang sudah menjadi penguasa, dan memegang kekuasaan, yang amat luas itu.
Allah telah menetapkan kepada Rasul-Nya saat kemenangan di perang Khaibar, bahwa tanah ini (Khaibar) merupakan bagian khusus bagi orang-orang yang berada dalam perjalanan (Ibnu Sabil). Ketentuan ini terus berjalan sampai kekuasaan jatuh ke tangan penguasa sesudahnya, dan ia menghadiahkan tanah ini kepada pamannya, dan kemudian kepada ayahnya.
Sungguh, sangat luar biasa tanah itu juga diserahkan kepada Baitul Mal, meskipun itu menjadi hak miliknya, tapi tetap ia serahkan kepada Baitul Mal.
Kepada gubernurnya di kota Madinah, diperintahkannya agar menyita tanah, dan mengembalikannya sebagai milik negara. Tidak cukup sampai disitu saja, diserahkannya pula setiap keping gaji yang diperolehnya sebagai penguasa. Baginya, apa-apa yang ada sekarang sudah mencukupi kebutuhan dunianya.
Penghasilannya hanya dua ratus dinar pertahun, yang diperolehnya dari hasil sebidang tanah kykang tidak luas, yang dibelinya dengan uang hasil cucuran keringatnya sendiri. Dari penghasilan ini ia menghidupi keluarganya, padahal ia sebagai penguasa. Padahal, penghasilan menjelang diangkat menjadi seorang penguasa, masih 40.000 dinar.
Semua tanah yang menjadi miliknya telah diserahkan kepada negara. Semua kekayaan yang melimpah itu diserahkannya kepada Baitul Mal. Kendaraan dan ternak yang harganya mencapai 23.000 dinar, dijual dan diserahkannya pula.
Dicabutn ya pula hak-haknya yang sah sebagai seorang penguasa, yakni gajinya, bukan seperdua atau sepertiga, tapi seluruhnya. Akirnya, yang tinggal padanya hanya sebidang tanah yang tidak luas,dan dengan penghasilan dua ratus dinar pertahun itulah ia hidup sebagai kepala negara. Ini bukan sebuah fiksi. Tapi, fakta kejadian yang pernah di zaman ke khilafahan Islam.Wallahu’alam.


-ridhy-



Komentar :

ada 0 comments ke “Sikap Sebelum dan Sesudah Menjadi Penguasa”

Posting Komentar

Si Ikhwan

Selamat Tahun Baru Islam 1431 H

Selamat Tahun Baru Islam 1431 H

My Rate

Inilah KAMMI

Pengikut

detikBandung - detikBandung

milis kammi pusat

Khazanah

 

Eramuslim: Info Umat

Eramuslim: Berita Palestina

Eramuslim: Pemuda & Mahasiswa

This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by kammitelkom