Ada orang yang mengeluh, kenapa kok saya dilahirkan sebagai anaknya orang miskin, sehingga sekarang saya miskin, saya tidak sekolah, saya tidak bisa merasakan fasilitas-fasilitas yang ada karena saya tidak cukup kaya untuk mendapatkannya. Ada yang mengeluh karena ia lahir sebagai anak cacat atau buruk rupaatau kekurangan-kekurangan lain sebagai manusia normal.
Ada juga orang yang sebenarnya memiliki banyak kelebihan dibanding orang lainnya, tetapi ia masih saja mengeluh, sedih, merasa tidak bahagia, karena ia memang memiliki harapan selangit dan tidak bisa mencapainya, sehingga ia terus disiksa oleh harapan yang tak kunjung diraihnya itu. Inilah orang yang tertipu, lalai, lena, terhijab dirinya dari rahasia Allah, tertutup pandangannya dari keadilan Allah, tidak bisa melihat keadilan Allah.
Keadilan Allah terletak pada dijadikannya dunia dengan segala peristiwa yang terjadi diatasnya sebagai realitas semu, tidak sejati. Realitas semu ini di-desain sebagai ujian bagi manusia, untuk nge-test manusia. Maka segala yang ada, segala yang terjadi, hanyalah ujian belaka. Kondisi jasad kita, kekayaan, asesoris, status sosial, kehormatan, atribut, dll adalah ujian. Kaya atau miskin hakikatnya sama, sama-sama ujian. Perbedaannya hanya terletak pada bagaimana kita memberikan respon terhadap semua ujian itu. Dan uniknya dunia ini memang terletak pada keragaman keadaan manusia, menjadi dinamis tidak statis, tidak menoton, seni kehidupan yang merupakan kreasi Maha Tinggi dari Allah yang serba Maha. Ada yang kaya, ada yang miskin ada yang pejabat, ada rakyat, ada petani, nelayan, pengungsi, menteri, penguasa, politikus, kyai,… tetapi hakikatnya semua sama, sama-sama sedang diuji dengan realitas –realitas masing-masing yang menyertai hidup manusia.
Sungguh kemulian manusia tidak dapat pada kekayaannya, kegagahannya, kemewahannya, “kebahagiaan”-nya di dunia. Semua itu hanya ujian hidup. Semua itu bukan kesejatian. Kesejatian ada di akhirat sana. Di hari akhir kelak, di saat dimana tidak ada pertolongan melainkan pertolongan Allah. Boleh jadi, ada orang yang hidup senang berlimpah kemewahan di dunia, kita sangka itu kemulian, padahal boleh jadi malah itu yang akan mengantarkan kita pada kehinaan di kahirat kelak karena kita lupa diri selama di dunia. Dan boleh jadi kita sangka seseorang itu miskin, hina di dunia, sengsara hidupnya, tetapi ia menjadi manusia mulia di sisi Allah, bahagia diakhirat kelak. Ia mulia bukan karena kemewahan, bukan karena kegagahan, tetapi karena ia lulus ujian selama di dunia…
Selasa, 10 November 2009
Hidup adalah ujian
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
Komentar :
Posting Komentar